Pengertian, Definisi Metode Kuantitatif

Pengertian, Definisi Metode Kuantitatif
Menurut Sugiono (2008), metode kuantitatif adalah pendekatan ilmiah yang memandang suatu realitas itu dapat diklasifikasikan,konkrit,teramati dan terukur,hubungan variabelnya bersifat sebab akibat dimana data penelitiannya berupa angka-angka dan analisisnya menggunakan statistik.

Pendekatan Analisis Kuantitatif
Pendekatan analisis kuantitatif terdiri atas perumusan masatah, menyusun model, mendapatkan data, mencari solusi, menguji solusi, menganalisis hasil, dan menginterprestasikan hasil 

Pemilihan Metode Kuantitatif
Metode dipilih sesuai dengan tujuan penelitian, setiap peneliti perlu mengidenitifikasi apakah data yang dimiliki memenuhi asumsi dasar yang harus dipenuhi setiap teknik, tahapan awal adalah metakukan seleksi (screening) data, yakni mengenali prilaku data,ada atau tidaknya nilai ekstrem (outliers), lengkap tidaknya data, dan desknpsi secara statistik dari data yang dimiliki.

Format penelitian kuantitatif dalam ilmu sosial tergantung pada permasalahan dan tujuan penelitian itu sendiri. Ada dua format penelitian kuantitatif berdasarkan paradigma dominan dalam metodologi penelitian kuantitatif yaitu format deskriptif dan format eksplanasi. Kedua format ini dijelaskan sebagai berikut

Gambar; Format Penelitian Kuantitatif
Sumber; Bungin (2008)

Metode Survei
Metode ini digunakan pada populasi yang luas dan menyebar,memungkinakan dilakukannya generalisasi suatu gejala sosial tertentu kepada gejala sosial dengan populasi yang lebih besar.Analisis yang muncul bukan kasus per kasus tetapi keseluruhan populasi.

Metode Kasus
Metode kasus memusatkan diri pada suatu unit tertentu dari berbagai variabel dan hanya menggunakan kasus tertentu sebagai object penelitian,bersifat mendalam,dan bersifat kasuistik terhadap object pebelitian tersebut.

Metode Eksplanasi
Metode yang menjelaskan suatu generalisasi sampel terhadap populasinya ,dimana menggunakan sampel dan hipotesis dan untuk menguji hipotesisnya menggunakan statistik inferensial.

Proses Penelitian Kuantitatif
Substansi proses penelitian kuantitatif menutut Bungin (2008) terdiri dari aktivitas yang berurutan sebagai berikut ;
1. Mengeksplorasi, perumusan, dan penentuan masatah yang akan diteliti
2. Mendesain model penelitian dan parameter penelitian
3. Mendesain instrumen pengumpulan data penelitian 
4. Melakukan pengumpulan data penelitian
5. Mengolah dan menganalisis data hasil penelitian 
6. Mendesain laporan hasil penelitian

Proses penelitian kuantitatif dimulai dengan kegiatan mengeksplorasi untuk melihat permasaiahan yang akan menjadi masalah yang hendak diteliti. Kemudian merumuskan masaiah penetitian dengan jelas sehingga terarah. masatah dalam penetitian kuatitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada dilapangan.berdasarkan rumusan masalah tersebut,dikumpulkan teori dan penelitian yang relevan untuk digunakan membuat disain model penelitian dan parameter penelitian sekaligus sebagai dasar pembuatan hipĆ³tesis.Agar suatu penelitian itu tepat sasaran dan mengarah ke tujuan maka didisainlah instrumen untuk pengumpulan data penelitian yang sebelumnya telah diuji bahwa instrumen tersebut valid dan reliabel untuk dijadikan sebagai alat pengumpulan data. Setelah data terkumpul maka diolah dan dianalisis yang mengarah pada hipotesis yang telah diajukan.Analisis data menggunakan statistik baik berupa statistik diskriptif maupun statistik infirensial tergantung pada metode yang digunakan.Hasil penelitian diuraikan dalam bentuk pembahasan yang kemudian disimpulkan dan dibuat saran.Setelah itu didisain laporan hasil penelitian yang mudah untuk dipahami oleh orang lain.

Pengertian Teori
Menurut Sugiyono (2008 ), teori merupakan suatu kumpulan konsep (concept), definisi, proposisi dan variabel yang keterkaitan antara satu sama lain secara sistematis dan telah digeneralisasikan, sehingga dapat menjelaskan dan mempredeksi fenomena (fakta-fakta) tertentu.

Peneliti bekerja atas dasar teori yang relevan. Sejauh teori yang digunakan adalah baik dan sesuai dengan keadaan, maka peneliti akan berhasil menjelaskan fenomena yang dimaksud. Suatu teori berguna untuk mendefinisikan suatu masalah yang didalamnya ada variabel-variabel tertentu,untuk mengartikan data dan fenomena-fenomena yang ditemukan.

Sugiyono (2008), Teori adalah seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjetaskan dan meramalkan fenomena.suatu teori akan memperoleh arti penting, bifa ia lebih banyak dapat melukiskan, dan meramalkan gejala yang ada. Mark 1963, dalam (Sugioyono, 2008), membedakan adanya tiga macam teori. Ketiga macam teori yang dimaksud ini berhubungan dengan data empiris, dan dibedakan sebagai berikut ;
1. Teori deduktif; memberi keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan.
2. Teori induktif, cara menerangkan adatah dari data ke arah teori..
3. Teori fungsional; datam hal ini tampak suatu interaksi pengaruh antar data dan perkiraan teoritis, data mempengaruhi pembentukan teori dan pembentukan teori kembali mempengaruhi data.

Selanjutnya Hoy & Miskel (2001) dalam Huda (2007), mengemukakan bahwa komponen teori itu meliputi konsep dan asumsi. Konsep merupakan istilah yang bersifat abstrak dan bermakna generalisasi. Sedangkan asumsi merupakan pernyataan diterima kebenarannya tanpa pembuktian. Setiap teori akan mengalami perkembangan, dan perkembangan itu terjadi apabila teori sudah tidak relevan dan kurang berfungsi lagi untuk mengatasi masalah.

Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masatah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyususn instrumen penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.

Agar teori dapat dipahami dengan lebih baik, maka perlu dipaparkan masing-masing komponen teori sebagai berikut ;

Konsep
Konsep merupakan sejumlah ciri yang berkaitan dengan suatu obyek atau standar yang umum atas obyek tersebut. Menurut Bungin (2008), konsep adatah generalisasi dari sekelompok fenomena yang sama. Konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjetaskan variabet-variabet yang akan diteliti dan memiliki tingkat generalisasi yang berbeda satu dengan lainnya. Konsep harus merupakan atribut berbagai kesamaan dari fenomena yang berbeda. 

Setiap penelitian kuantitatif dimulai dengan menjelaskan konsep penelitian yang digunakan, karena konsep penelitian ini merupakan kerangka acuan peneliti didalam mendesain penelitian. Konsep juga dibangun agar masyarakat akademik atau masyarakat ilmiah maupun konsumen atau pembaca laporan penelitian memahami apa yang dimaksud dengan pengertian variabel, indikator, parameter, maupun skala pengukuran yang dimaksud peneliti didalam penelitiannya.

Dalam mendesaian konsep penelitian, yang terpenting juga bagi peneliti harus mendesain konsep interaksi antar variabel-variabel penelitiannya. Karena itu peneliti harus menentukan pilihan sebenamya dari interaksi antar variabel­variabel itu. Disamping mengonsepsi interaksi antar variabel-variabel penelitian, perlu pula sebuah variabel didesain menurut apa yang diinginkan oleh peneliti dalam penelitiannya.

Selain mendesain variabel serta interaksi variabel-variabel penelitian, maka berikutnya pene(iti juga harus mendesain konsep penelitian dan konsep operasional. Konsep penelitian didesain untuk memberi batasan pemahaman terhadap variabel penelitian, sedangkan konsep operasional dimuat untuk membatasi parameter atau indikator yang diinginkan peneliti dalam penelitian,sehingga apapun variabel penelitian, semuanya hanya muncul dari konsep tersebut.

Variabel
Burhan Bungin ( 2008), mendefinisikan bahwa variabel berasal dari bahasa Inggris variable yang berarti faktor tidak tetap atau berubah-ubah. Namun bahasa Indonesia kontemporer telah terbiasa menggunakan kata variabel ini dengan pengertian yang lebih tepat disebut bervariasi. Dengan demikian variabel adalah fenomena yang bervariasi dalam bentuk, kualitas, kuantitas, mutu standar dan sebagainya.

Penjelasan-penjetasan mengenai variabel sangat bervariasi sebagaitnana bervariasinya variabel itu sendiri. Dalam pengertian yang lebih konkret variabel itu sendiri adalah konsep dalam bentuk konret atau konsep operasionai, penjelasan semacam ini adalah tergantung pula pada jenis penetitian yang dilakukan. Dalam penelitian kebijakan sosial, konsep dan variabel dibedakan dari sifat kompleksnya. Konsep biasanya digunakan dalam mendeskripsikan segala variabel yang abstrak dan kompleks, sedangkan variabel diartikan sebagai konsep yang lebih konkret dan acuan-acuannya lebih nyata.

Fungsi variabel dapat dibedakan menurut jenis dan macamnya, variabel dapat dibedakan menjadi 7 (Solimun, 2003), yaitu :

(1) . Dependent variable (variabel tergantung)
Suatu variabel yang menjadi pusat perhatian penefiti (tercakup dalam hipotesis penelitian), yang keragamannya ditentukan / tergantung ! dipengacuhi oleh variabel lainnya.

(2). Independent variable (variabel bebas)
Suatu variabel yang menjadi pusat perttatian peneliti, yang keragamanrrya mempakan kondisi yang ingin diselidiki 1 diteliti I dikaji dan mempengaruhi variabel tergantung.

(3). Intervene variable (variabel antara)
Adalah variabel yang bersifat menjadi perantara (sarana) dari hubungan variable bebas ke variabel tergantung. Sifatnya dapat memperlemah atau memperkuat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tergantung.

(4). Moderator variable
Adalah variabel yang bersifat memperkuat atau memperlemah pengaruh variable bebas terhadap variabel tergantung.

(5). Confounding variabel ( variabet pembaur )
Variabel yang tidak menjadi pusat perhatian peneliti (tidak tercakup dalam hipotesis penelitian), tetapi muncul dalam penelitian dan berpengaruh .terhadap variabel tergantung dan pengaruh tersebut mencampuri atau berbaur dengan variable bebas.

(6). Control vuriable (Variabel kendali)
Adalah variabel pembaur yang dapat dikendalikan pada saat riset desain. Pengendalian ini biasanya ditakukan dengan cara eblusi (mengeluarkan obyek yang tidak memenuhi kriteria) dan inklusi (menjadikan obyek yang memenuhi kriteria untuk diikutkan dalam sample penelitian), atau dengan blocking yaitu mengelompokkan obyek penelitian menjadi kelompok-kelompok yang reiatif homogen.

(7). Concomitunt variable (variable penyerta)
Adatah variabel pembaur yang tidak dapat dikendalikan pada saat riset desain. Variabel ini tidak dapat dikendalikan sehingga tetap menyertai (terikut) daiam proses penelitian, dengan konsekuensi data haruss diamati dan pengaruh baumya harus dieliminir.

Proposisi
Proposisi, menurut Emory dan Cooper (1996) dalam Huda (2007), merupakan suatu peryataan mengenai konsep-konsep yang dapat dinilai benar atau salah melalui suatu fenomena yang diamati. Misalnya, makin siang mahasis;wa belajar, maka makin kecil kemampuan mereka dalam menyerap isi pelajaran. Pemyataan ini adalah sebuah proposisi. Bilamana suatu proposisi dirumuskan untuk diuji secara empiris , maka proposisi tersebut disebut hipotetis, hipotetis bersifat sementara atau dugaan sementara.

Hipotesis
Sugiyono (2002),Hipotesis merupakan pernyataan sementara dari rumusan masalah yang perlu dibuktikan benar atau tidak. Jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan belum didasarkan pada fakta empiris dalam kenyataannya (empirical verivication).

Menurut Nazir ( 2005 ; 151), mendefinisikan hiprAesis tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian, yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Hipotesis menyatakan hubungan apa yang kita cari atau yang ingin kita pelajari. Hipotesis adalah pemyataan yang diterima secara sementara sebagai suatu kebenaran sebagaimana adanya, pada saat fenomena dikenai dan merupakan dasar kerja serta panduan dalam verifikasi. Hipotesis adalah keterangan sementara dari hubungan fenomena-fenomena yang kompleks,.

Dalam penelitian kuantitatif, ada pembagian jenis hipotesis (Bungin;2008) meliputi; 

(1 ). Hipotesis nol (Ho) 
Hipotesis nol disebut dengan hipotesis statistik yaitu hipotesis yang diuji dengan statistik.

(2) Hipotesis altematif (H1)
Hipotesis alternative juga disebutt sebagai hipotesis kerja atau hipotesis penelitian.

Untuk menguji hipotesis pilihlah uji statistik yang modelnya paling mendekati asumsi atau persyaratan yang memperbotehkan penggunaan uji tersebut dengan mempertmbangkan jenis data dan skala pengukuran data yang dipergunakan.selanjutnya tentukan taraf signifikansi dan besar sampel penelitian,hitunglah harga uji statistiknya dengan menggunakan sampel-sampelnya. .Ambil keputusaan dan kesimpulan : apakah Ho diterima atau ditolak, berdasarkan taraf signifikansi tertentu.

Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan obyek penelitian yang menjadi sumber data penelitian.Dalam peneiitian yang biasa dilakukan, seringkali peneliti dihadapkan kepada keterbatasan waktu, biaya dan tenaga untuk mengumpulkan informasi dari obyek yang diamati. Oleh karena itu sering sekali peneliti hanya mengambil sebagian saja dari obyek telitian. Kelompok induk besar tersebtrt disebut populasi dan sub kelompok dari anggota populasi disebut dengan sampel (Bungin;2008).

Pada umumnya penelitian yang dilakukan oleh para peneliti hanya berdasarkan kepada sampel. Penelitian yang berdasarkan kepada sampel ini mempunyai keuntugan-keuntungan seperti : dapat menghemat biaya (reduced cost), menghemat waktu (time save), menghemat tenaga (energy suve), infomasi yang diperoleh lebih teliti (greater accuracy) karena elemen yang diamati lebih sedikit. Oleh karena hasil penelitian bertujuan untuk digeneralisasikan bagai populasinya, maka penarikan sampel harus dilakukan dengan metoda yang benar, seperti: 
(1) memberikan gambaran yang dapat dipercaya terhadap populasi yang diteliti, 
(2) mempunyai tingkat presisi tertentu / standar penyimpangan, 
(3) sederhana sehingga mudah dilaksanak.an, 
(4) dapat memberikan keterangan yang sebanyak mungkin dengan waktu dan biaya yang serendah mungkin (Djarwanto,dalam Huda 2007).

Sampel berasal dari kata Inggris sample, yang artinya contoh, comotan atau mencomot, yaitu mengambii sebagian saja dari yang banyak. Setanjutnya dalam pembicaraan ini kata sample dalam bahasa Inggris di-Indonesiakan menjadi sampel, dan sampling menjadi sampling.

Menetapkan Popalasi
Sebelum menetapkan besar sampel (atau banyaknya data subyek yang di sampel), terlebih dahulu harus ditetapkan populasinya, yaitu kelompok apa yang diminati dalam penelitian itu, atau kelompok yang akan dikenakan atau diterapi hasil dari penelitihannya. 

Populasi yang diminati untuk . dijadikan fokus atau perhatian penelitian (yang hanya diambil sampelnya saja) disebut populasi sasaran atau populasi target (target population). Menemukan populasi sasaran ini kadang-kadang sukar, sedangkan yang diperoleh bukan sasarannya tetapi apa adanya yang dapat ditemukan, atau yang dapat dihitung, yang hasil dari penelitiannya akan diterapkan pada poputasi yang ditemukan itu. Populasi ini disebut populasi yang dapat diambil (accessible population) atau populasi yang dapat diakses.

Semakin diperkecil atau dipersempit populasinya, maka penelitian yang dilakukan semakin menghemat waktu, tenaga, dan mungkin juga biaya -biaya lainnya, tetapi memperkecil populasi berarti membatasi penggeneralisasiannya (generalizability).

Populasi dalam penelitian Pengaruh Orientasi wirausaha dan Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan dan Kinerja pemasaran, yang menjadi unit analisis adalah usaha kecil sektor perdagangan di kota Surabaya yang menurut sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 unit.

Penyampelan (Sampling)
Secara garis besar ada dua kelompok cara penyampelan (sampling), ialah random sampling (mencomot secara acak) clan non-random sampling (mencomot secara tidak acak).

Dikatakan random sampling, jika dari populasi itu peneliti mengambil siapa saja diantaranya tanpa menentukan kriteria dari subyek yang diambil, karena tiap orang anggota dalam populasi itu derajat dan kualifikasinya sama atau setara, atau tiada bedanya, dengan kata lain "homogin". Jadi, jika tiap anggota atau subyek-subyek atau elemen elemen dalam populasi itu memiliki kesamaan sifat, maka mereka masing-masing memiliki peluang atau kesempatan yang sama untuk disampel. Mana saja atau siapa saja diambil, adalah sama.

Dikatakan non-random sampling, jika dari populasi itu peneliti mengambil subyek - subyek atau siapa-siapa yang memenuhi ciri-ciri yang sudah ditentukan terlebih dahulu. Jadi meskipun jadi anggota populasi, tetapi tidak memenuhi ciri atau ciri-ciri yang ditentukan, maka tidak dapat disampel. Mengapa demikian, hal ini didasarkan atas ketentuan, bahwa yang disampel itulah yang dianggap dapat mewakili atau representative bagi populasinya. Jadi, tidak semua anggota mempunyai kesempatan untuk dicomot seperti dalam random sampling.

Random sampling dibedakan menurut metodenya, ke dalam : 
1) Simple random sampling (sampling acak sederhana)
2) Stratified random sampling (sampling acak disetratakan) 
3) Cluster random sampling (sampling acak kelompok)
4) Area Sampling (sampling area)
5) Two-stage random sampling (sampling acak dua tahap)

Non-random sampling dapat dibedakan menurut metodenya, ke dalam : 
1) Systematic sampling (sampling sistematik)
2) Convenience sampling (sampling pekoleh)
3) Purpose sampling (sampling sengaja, sampling bertujuan) 
4) Quota sampliflg (sampling jatan, sampling kuota)

Random Sampling
Random sampling secara rinci dibedakan menurut metode-metodenya adalah sebagai berikut :

1) Simple Random Sampling (sampling acak sederhana)
Kita arnbil sebagai contoh terlebih dahulu. kita akan meneliti Pengaruh Orientasi wirausaha dan Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan dan Kinerja pemasaran, yang menjadi unit analisis adalah usaha kecil sektor perdagangan di kota Surabaya yang menurut sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 unit. Jika simple random sampling akan dilakukan, maka seluruh usaha kecil itu harus memiliki kesamaan karakteristik, misalnya pekerjaan yang dilakukan sama, semuanya berumur antara 40-50 tahun, pendapatannya setara,sehingga tiap usaha kecil itu memiliki kesempatan yang sama dan berhak untuk disampel. Bagaimana cara memilih 464 dari 46.437 usaha kecil itu? Ada bermacam macam cara : yang paling mudah ialah secara acak, mana saja dapat dipilih, seperti menggulung kertas berisi nama-nama (atau nomer), atau menggunakan dadu untuk menentukan nomer, cara permainan rolet,undi (fishbowl draw), menggunakan angka acak lewat bantuan komputer, clan sebagainya. Namun, ada baiknya jika cara memilih itu berdasar aturan. Misalnya, menggunakan tabel nomer acak yang biasanya terdapat dalam buku-buku statistik, yang memuat angka-angka demikian banyak, tetapi tidak teratur atau tidak ada pola susunannya, artinya angka-angka itu tersebar sedemikian rupa dan hanya dimuat dalam kolom-kolom saja.

Sampel acak sederhana tidak dapat digunakan, jika peneliti ingin memastikan bahwa dalam populasi itu ada sub-group yang perlu diwakili dalam sampel yang besarnya seimbang dengan yang terdapat dalam populasinya. Jika demikian, maka harus digunakan stratified random sampling yang dibicarakan berikut ini.

2) Strata Random Sampling (sampel acak berstrata)
Misalnya, Pengaruh Orientasi wirausaha dan Orientasi pasar terhadap Keunggulan bersaing berkelanjutan dan Kinerja pemasaran, yang menjadi unit analisis adalah usaha kecil sektor perdagangan di kota Surabaya yang menurut sensus ekonomi 2006 berjumlah 46.437 uni. Di dalam usaha kecil itu ada 10.000 orang pegawai negeri terdiri atas tiga golongan, ialah gol. I, gol. II, dan gol. III. Go1 I sebanyak 50 orang (5O%), gol. II sebanyak 30 orang (30%), dan gol. III sebanyak 20 orang (20%). Jika sampelnya ditetapkan sebanyak 20 dari 100 orang pegawai negeri di lembaga itu, maka dalam sampel itu banyaknya masing -masing golongan harus seimbang sama dengan dalam populasi Gol. 1 sebanyak 10 orang (50%), gol. II sebanyak 6 orang (30%), dan gol. III sebanyak 4 orang (20%). Cara rnenentukan siapa-siapa yang disampel dari masing-masing strata golongan dilakukan secara acak (random) seperti yang dibicarakan dalam simple random sampling.

3) Cluster Random Sampling (Sampling Acak Kelompok)
Metode cluster random sampling digunakan, jika dalam poputasi sutit untuk diidentiifikasi secara individual, melainkan hanya dapat diidentifikasi secara kelompok (cluster). Satuan-satuan dalam populasi itu, yang disetaut unit of analysis atau element of the population, memang merupakan kelompok. Jadi, subyek-subyek atau elemen-elemen dalam populasi terdiri atas kelompok-kelompok. Misalnya kefompok petani, kelompok studi, kelompok seniman, kelompok klompencapir, dan sebagainya. Misatnya di Jawa Timur ada 500 klompencapir. Dari 500 klompencdpir ini akan diteliti pendapatannya tentang alam Jawa Timur. Setelah mempertimbangtcan berbagai faktor, maka diterapican besar sampal (atau ukuran sampel, sample size) yang representative ialah sebanyak 25 unit k:ompencapir. Menetapkan besar sample 25 kelompok klompencapir inilah yang disebut metode cluster random sampling. Yang disampel bukan individu anggota ktompencapir, tetapi unit klompencapir-nya.

4) Area Sampling (Sampling area, atau sampling gugus)
Cara ini sarna dengan cluster sampling, tetapi diterapkan pada daerah geografi yang terdiri atas sub-area (area-area). Misalnya kabupaten Kuneng yang terdiri atas 50 kecarnatan akan diteliti karakteristik petaninya. Peneliti dapat mengambil 10 kecamatan sebagai sampel. Metode pengambilan 10 daerah kecamatan dad 50 daerah-daerah kecamatan ini tidak disebut cluster sampling, melainkan area sampling.

5) Two stage random sampling (Sampling acak dua tahap)
Sample acak dua lahap dilakukan sama seperti sampel acak kelompak (klompencapir) atau sampel area tersebut diatas ini, tetapi masih diteruskan.

Sesudah ketompok atau area yang disampel ditemukan, misalnya swerti yang tersebut diatas itu, yaitu sebanyak 25 klompencapir, maka dari masinq­masing klompencapir yang sebanyak 25 itu, masih disampel lagi siapa-siapa secara individual yang mewakili kelompoknya. Jadi, dari 500 klompencapir diambil 25 saja, dan dari 25 klompencapir itu masing-masing diambil beberapa individu untuk mewakili klompencapimya menurut proporsinya, misalnya ditentukan 30%, maka yang klompencapimya beranggota sebanyal; 30 diarnbil 8 orang, yang sebanyak 40 diambil 12 orang, clan yang hanya sebanyak 15 diambil 3 orang. Jika dari yang sudah mewakili masing-masing klompeacapir masih akan diseleksi lagi beberapa orang untuk mewakilinya, ini nar-lanya sudah multi-stage sampling (sampling tahap berganda).

Non Random Sampling
1) Systematic Sampling (Sampling Sistematik)
Dalam non-random sampling anggota atau elemen-elemen populasi tidak memiliki kesempatan yang sama untuk dicomot. Populasi yang demikian itu .

heterogen dan seharusnya diketahui oleh peneliti, sehingga peneliti tidak menggunakan sampel secara random (acak). Cara non-random sistematik dilakukan dengan terlebih dahulu peneliti mendata dengan memberi nomer pada anggota populasi, kemudian secara sistematik menetapkan interval, dan nomer berapa yang akan diambil ke dalam sampel. Misalnya ada 1000 orang anggota populasi. Masing-masing orang diberi nomer dalam daftar. ,lika akan diambil 100 dari 1000 orang itu, dengan kata lain diambil I dari 10, atau 1/10. Secar'd sistematik ambillah angka-angka yang berjarak 10. Misalnya pertama kali diambii dengan mata tertutup kebetulan kena angka 7. Maka sekarang ambillah angka­angka yang berjarak 10 dengan angka 7 dan seterusnya, yaitu angka-angka 7,17,27,37,47,57,67,77,87,97. Jika secara kebetulan yang terambil ialah angka 2, maka 'i 0 orang yang disampel itu iaiah orang-orang yang nomemya 2,12,22,32,42,52,62,72,82, dan 92.

Jika dari 100 orang itu ditetapkan sampelnya sebesar 25 orang, dengan kata lain %, maka ambillah dari tiap empat orang itu 1, atau a;nbillah dari nomer­nomer itu berurutan berjarak 4. Misalnya untuk menentukan angka yang pertama secara random dengan mata tertutup, anda mengambil angka 9, maka yang diarnbil ialah angka-angka : 09, 13, 17,21,25,29,33,37, 41, 45, 49, 53, 57,61,65,69,73,77,81 ,F5,89,93,97,017 dan 05 (karena tidak ada nomerl orang diatas 100 maka turun lagi ke angka paling bawah). Jadi yang disampel sebesar 25% atau sebanyak 25 orang itu ialah mereka yang diidentifikasi dengan nomer- nomer itu. Cara seperti ini disebut non-random sampling sistematik -dengatt awalan acak.

Cara sampel sistematik juga dapat dilakukan dalam menyampel penghlltli rumah-rumah yang sudah berurutan lokasinya. Misalnya diambil yang dari rumah ke rumah bersela 3 rumah, begitu seterusnya. Jadi, nisalnya ada penghuni 100 rumah akan diambil 25% dari rumah yang berpenghuni itu, jika tetak rumahnya sudah teratur, maka dapat diambil untuk sampel dari tiap empat rumah satu saja, selanjutnya dengan satu demi satu yang bersela tiga rumah.

2) Convenience Sampling (Sampling pekoleh)
Dalam hal ini sama saja dengan yang sudah disebutkan diatas, bahwa peneliti sudah mengetahui bahwa populasinya sedemikian rupa sehingga dengan random sampling tidak mungkin dilakukan. Meskipun demikian, juga karena untuk mengidentifikasi satu per satu anggota populasi menghadapi kesulitan, maka yang paling enak (convenience, pekoleh) ialah individul anggota populasi yang mudah ditemukan saja. Memang dalam sampel yang non random ketepatan (accuracy) untuk mencerminkan populasinya kurang akurat atau dapat menimbulkan bias. Tetapi apa boleh buat, itulah yang dapat dilakukan karena populasinya tidak homogin dan sulit untuk diidentifikasi. Metode convenience sampling ini sama dengan yang disebut accidental sampling atau incidental Sampling.

3) Purposive Sampling (Sampling sengaja, sampling bertujuan)
Purposive sampling digunakan, jika peneliti mempunyai judgment pribadi dalam memilih individu-individu yang disampel. la memandang bahwa individu-­individu tertentu saja yang dapat mewakili (representive), karena menurut pendapat peneliti merekalah-yaitu individu-individu yang dipilih itu yang mengerti tentang populasinya. Purposive sampling ini juga disebut judgmental sampling, karena peneliti menggunakan pertimbangan pertimbangan dengan memasukkan unsur-unsur tertentu yang dianggap (judged) bahwa dengan cara demikian dapat memperoleh informasi yang benar atau individu-individu yang disampel itu yang mencerminkan populasinya.

4) Quota Sampling (Sampling jatah, sampling kuota)
Sampling kuota dilakukan, jika populasinya tidak diketahui secara pasti, baik mengenai banyaknya maupun berbagai karakteristik yang membuat homogin, maka ditetapkanlah sejumlah individu yang dianggap mewakilinys. Tentu saja cara demikian menimbulkan bias-bias, tetapi apa boleh buat, karena keadaan populasi yang tidak mungkin dapat diketahui secara pasti. 

Menetapkan Besar (Ukuran) Sampel
Dalam bahasa Inggris sering dikatakan sumple size yang dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan "besar sampel" ataU "ukuran sampel," yaitu banyaknya individu, subyek atau elemen dari papulasi yang diambil sebagai sampel. Istilah "besar sampel," atau "ukuran sampel", bukan "banyaknya sampel" sebagaimana sering digunakan oleh kalangan tertentu. Penggunaan kata banyaknya sampel sebagai terjemahan "sample size" tidak tepat, karena banyaknya sampel dapat diartikan lebih dari satu sampel yang diiakukan.

Hampir seluruh praktek proyek penelitian sangat sukar memenuhi sampling yang ideal. Seringkali peneliti melakukan hal yang berbeda dari aturan yang ada, karena terpaksa oleh adanya berbagai keterbatasan, antara lain data, dana, waktu, dan tenaga. Besar sampel yang umum ialah 1/10. Namun 1/10 dapat juga terlalu besar atau terlalu kecil, tergantung pada keadaan populasinya. Jika dapat mengestimasi karakteristik rata-rata atau parameter dari populasi sebesar 1.000.000 yang dilakukan dengan menyampel sebesar 10.000 sudah sama hasilnya dengan menyampel 100.000, mengapa harus sebesar 100.000 (Slack & Champion, 992:271)?

Menjawab pertanyaan berapa seharusnya besar sampel yang paling baik, Ftaenkel 8 Wallen (1993:90) menjawab: "sebesar-besar peneliti dapat memperolehnya dengan pengorbanan waktu dan energi yang wajar". Jawaban itSi tidak banyak menolong, hanya menyarankan kepada peneliti supaya mencoba memperoleh sempel sebesar-besarnya secara wajar, dalam arti mengingat keterbatasan waktu, tenaga, biaya dan lainnya.

Menurut Gay & Diehl (1992:146) sampel harus sebesar-besarnya, dan pada umumnya semakin besar sampel, rnaka kecenderungan semakin representatif, dan hasil dari penelitiannya dapat lebih digeneralisasikan.

Selanjutnya mereka mengatakan bahwa ukuran (size) sampel yang dapat diterima tergantung pada jenis penelitian, minimum ialah :
a. Penelitian deskriptif -1 0% dari populasi 
b. Penelitian korelasional- 30 subyek
c. Penelitian kausal-perbandingan - 30 subyek per group
d. Penelitian eksperimental- 15 subyek per grup.

Frankel & Wallen (1 993:92) menyarankan, besar sampel minimum untuk 
a. Penelitian deskriptif, sebanyak 100
b. Penelitian korelasional, sebanyak 50
c. Penelitian kausal-perbandingan, sebanyak 30 per grup
d. Penelitian ekspcrimentai-15 subyek per grup meskipun dengan 15 per group dapat dilakukan, asal kontrolnya ketat.

Menurut Kinnear & Taylor (1983:234) ada cara untuk menetapkan besarnya sampel secara statistik, lerutarna bagi sample random sampling atas dasar probabilitas normal. Namun, menetapkan besar sampel tidak semata-mata atas dasar statistik, melainkan harus atas dasar barbagai pertimbangan, yaitu untung rugi diantara: (1) kesalahan sampling (sampling error); (2) kesalahan non samyling (non-sampling error); (3) tujuan study (study objectives); (4) kendala waktu (time constraints); (5) kendala biaya (cost contrainsts); dan (6) rencana analisisnya (analysis plans). Jadi, diantara para pakar sendiri belum ada kesamaan pendapat dalarn menciptakan besar sampel, tetapi pendapat Kinner & Taylor ini praktis, masuk akal, dan realistis. MerirZi-iktm und (1997:173) inlhrmasi statistik sangat diperlukan untuk menentukan ukuran simple random samplz. Untuk maksud ini yang perlu diketahui pertama-tama adalah :
1) Seberapa besar variance atau heterogenitas populasi. 2) Besarnya error yang dapat diterima
3) Confidence level (derajat keyakinan)

Aturan kebiasaan dalam mengestimas i standard deviation ialah sebesar seperenam (1/6) dari range (dari batas paling bawah ke batas paling atas dad karakteristik populasi). Katakan bahwa range dari karakteristik populasinya ialah dari 1.000 sampai 7.000, maka rangenya iaiah 6.000 dan standar deviasinya ialah 1.000. Besar sampcl yang kita hitung berdasar formula :
n - n(ZS)z E

Yang artinya
n = Ukuran/besar sampel
Z = Nilai standar yang menunjukkan confidence level
S = Standar deviasi sampel atau estimasi standar deviasi terhadap populasi
E = Besar error yang dapat diterima, plus atau minus Fuatu faktor kesalahan (daerahnya ialah setengah dari confidence interval).

Katakanlah misalnya, anda akan meneliti pengeluaran yarg dilakukan oleh penduduk dari suatu daerah dalam membeli sepatu, anda mcnentukan confidence level (Z) 95%, daerah kesalahan (E) kurang dad Rp. 2,- dan standar deviasinya Rp. 29,- maka :
n = n(ZS)2 - [(1,96X29, Of - [56,84]z -
- - - (28,84) - 808 E 2,00 2,00
Jika daerah kesalahan (range of error), yaitu E katakanlah tidak Rp 2,- melainkan , Rp 4,- (sebesar dua kali lipat), maka n akan menjadi seperempatnya, yaitu bukan 808 melainkan 202, karena angka pembagi 2,03 (lihat perrnmaan diatas) sebenarnya dalam persamaan i•u 2' (atau 4) dan jika diganti dengan angka 4 sebenarnya menjadi 42 (atau 16), jadi besar sampel yang semula dibagi 4 sekarang dibagi 16. Maka menjadi seperempat dari 808. (bagaimana menghitung secara rinci masing-masing standard deviation, E, dan confidence level, periksa dalam pelajaran statistik inferensial tersendiri.
 

Kumpulan Artikel News Copyright © 2011-2012 | Powered by Blogger